v
KEBAIKAN,
KEBIJAKAN, DAN KEBAHAGIAAN
A.
KEBAIKAN
1)
Tidak semua hal yang “dilakukan
dengan baik” dapat dikatakan “perbuatan
baik”.
2)
Manusia menentukan sendiri perbuatannya, dan menentukan sendiri
jalan yang ditempuhnya untuk mencapai tujuan
hidup. Tanpa tujuan hidup orang akan sembarangan menentukan perbuatan
dan memilih jalan hidupnya. Tujuan hidup sebagai kontrol.
3)
Manusia hanya punya satu
tujuan akhir hidup. Tujuan akhir hidup sbg tolok ukur kebaikan tertinggi
dari perbuatan manusia. Perbuatan dinilai baik bila mengantarkannya pada
kesempurnaan capaian tujuan akhir hidup,dgn melakukan perbuatan yang membuatnya
baik sebagai manusia --> perbuatan yang susila.
4)
Kesusilaan
Adalah akal budi, hati
nurani, dalam mengukur kebaikan atau keburukan perbuatan manusia. Penilaian
secara :
·
Objektif;
·
Subjektif;
·
Batiniah (penilaian pribadi sendiri intrinsik);
·
Lahiriah (dinilai oleh aturan hukum positif).
Ø
Unsur yg menentukan kesusilaan :
1) Perbuatan itu
sendiri; 2) Alasan motif; 3) Keadaan
Ø
Penggunaan Praktis :
1)
Perbuatan Jahat; 2) Perbuatan Baik; 3) Perbuatan Netral
B.
KEBAJIKAN
1)
Kebiasaan adalah kualitas keadaan
kejiwaan yang tetap, mewujud sbg perbuatan yg berulang à akhlak.
2)
Dari sudut kesusilaan: kebiasaan baik dinamakan kebajikan (virtue); kebiasaan buruk
dinamakan kejahatan (vice)
3)
Hanya makhluk manusia yang dapat berubah/mengatur kebiasaannya,
karena akal
4)
Kebajikan budi menyempurnakan akal sbg alat yg baik untuk menerima
pengetahuan.
5)
Kebajikan pokok adalah kebajikan susila yg terpenting, meliputi:
a.
Keputusan budi yang benar dalam memilih alat-alat yang tepat
(akal) untuk mencapai tujuan yang bijaksana.
b.
Pengendalian keinginan yg cenderung mencari kepuasan badaniah
c.
Tidak menyingkir dari kesulitan (kuat)
d.
Memberikan hak kepada pemiliknya (adil)
C.
KEBAHAGIAAN
1)
Kebahagiaan Subjektif
a.
Manusia merasa kosong jika keinginan tidak terpenuhi.
b.
Kepuasan yang sadar jika keinginan yang mengandung kebaikan
sudah tercapai. Kebahagian tercapai jika
kebaikan sudah dimiliki dan ia mengisi kekurangan keinginan yang selalu kosong
(tidak pernah puas).
c.
Faktanya, orang berbuat jahat juga upaya untuk mendapat
kebahagiaan. Jadi apa yang bisa memberikan kebahagiaan?
d.
Apakah kebahagian sempurna dapat dicapai? Ya... Alasannya:
ü
Manusia punya keinginan untuk bahagia sempurna
ü
Keinginan tersebut merupakan kodrat manusia, dorongan alam
rohaniah
ü
Keinginan tersebut berasal dari sesuatu yang transenden
ü
Sifat tersebut untuk mencapai kesempurnaan yang sesuai dengan
harkat manusia
Manusia juga memiliki keinginan
nafsu yang seringkali menutupi keinginan sanubarinya.
2)
Kebahagian Objektif
a.
Manusia berusaha bahagia sempurna. Apakah obyek yang dapat
memberikan kebahagian sempurna? Terdapat beberapa aliran :
·
Hedonisme; kepuasan jasmani lebih utama dari rohani
·
Epikurisme; ketentraman jiwa, sebanyak mungkin menikmati,
membatasi keinginan.
·
Utilitarisme: berguna bagi diri sendiri dan masyarakat (Bentham); mengabdikan diri kepada
kepentingan umum, kesadaran sebagai bagian dari masyrakat (Mill)
·
Stoisisme: melepaskan diri dari keinginan, merasa cukup dengan
apa yang ada
·
Evolusionisme: mencapai tujuan akhir posisi tertinggi yang belum
diketahui bentuknya
b.
Pandangan tentang Objek Kebahagian
Apakah objek itu lebih
rendah, lebih tinggi?
ü
Apakah yg lebih rendah dari manusia, benda-benda yg tak dapat
memenuhi kebutuhan manusia
ü
Kebutuhan hidup jasmani (keindahan, kesehatan, kekuatan, dll)
sellau kurang tidak berujung
ü
Kebutuhan jiwa adalah pengetahuan untuk mencapai kebajikan, tapi
bukan pengetahuan lebih sekedar alat bukan sbg tujuan
ü
Kepuasan Semua orang di sekitar kita? Kepuasan bermula dari
kesukaan. Kesukaan semua orang tidak dapat dicapai, bersifat relatif, sering
salah paham, kurang terimakasih.
ü
Pelaksanaan diri. Sebagai pemenuhan kumpulan kebutuhan di atas,
tidak sempurna dan tidak tetap
ü
Kebahagian sempurna dicari pada sesuatu di luar manusia, pada
sesuatu yang paling sempurna, diposisikan sebagai tujuan akhir hidup, à TUHAN.
v
PROFESIONALISME
KERJA
A.
PENGERTIAN
PROFESI
Secara spesifik Profesi dapat dibagi menjadi beberapa bagian,
yaitu menurut kemampuannya (fisik dan intelektual), kelangsungan (sementara
atau terus menerus), ruang lingkupnya (umum dan khusus), tujuannya (memperoleh
pendapatan atau tidak memperoleh pendapatan).
Adapun pengertian profesi adalah pekerjaan
tetap seseorang dalam bidang tertentu berdasarkan keahlian khusus yang dilakukan
secara bertanggung jawab dengan tujuan memperoleh penghasilan.
Nilai moral suatu profesi menurut Frans Magnis Suseno, 1975 :
·
Berani berbuat untuk
tuntutan Profesi
·
Menyadari kewajiban
yang harus dipenuhi
·
Idealisme sebagai
perwujudan makna misi organisasi profesi
B.
PENGERTIAN PROFESIONAL
Adapun pengertian profesional yaitu pekerja yang menjalankan
profesi. Setiap profesional berpegang pada nilai moral yang
mengarahkan dan mendasari nilai luhur. Dalam melakukan tugasnya profesional
haruslah objektif, dengan kata lain bebas dari rasa malu, sentimen, benci,
sikap malas, dan enggan bertindak.
Yang dimaksud kelompok
profesional yaitu seuatu kelompok yang berkemahiran yang diperoleh melaui
proses pendidikan dan pelatihan yang erkualitas dan berstandart tinggi yang
dalam menerapkan semua keahlian dan kemahirannya yang tinggi itu hanya dapat
dikontrol dan dinilai oleh rekan sesama profesi itu sendiri.
Seorang
professional memiliki 3 watak, yaitu :
1.
Pekerjaan yang
dilakukan seorang profesional itu semata mata untuk merealisasikan kebajikan
demi tegaknya kehormatan profesi yang digeluti.
2.
Seorang profesional
menjalankan pekerjaannya harus dilandasi oleh kemahiran teknis yang berkualitas
tinggi.
3.
Kerja seorang
profesional diukur dengan kualitas teknis dan kualitas moral dan harus
menundukan diri pada sebuah kode etik yang dikembangkan dan disepakati.
C.
PENGERTIAN PROFESIONALISME
Profesionalisme adalah suatu paham yang
mencitakan dilakukannya kegiatan-kegiatan kerja tertentu dalam masyarkat,
berbekalkan keahlian yang tinggi dan berdasarkan rasa keterpanggilan serta
ikrar untuk menerima panggilan tersebut.
Ada 4 perspektif dalam mengukur
profesionalisme menurut Gilley dan Enggland :
1. Pendekatan Berorientasi Filosofis
Pendekatan lambang profesional, pendekatan sikap Individu dan
electic.
2. Pendekatan Perkembangan Bertahap
Individu
(dengan minat bersama) berkumpul, kemudian mengidentifikasian dan mengadopsi ilmu, untuk membentuk organisasi profesi, dan membuat
kesepakatan persyaratan profesi, serta menentukan kode etik untuk merevisi
persyaratan.
3. Pendekatan Berorientasi Karakteristik
Etika
sebagai aturan langkah-langkah, pengetahuan yang terorganisasi, keahlian dan kopentensi
khusus, tinggkat pendidikan minimal, setifikasi keahlian.
4. Pendekatan Berorientasi Non-Tradisional
Mampu
melihat dan merumuskan karakteristik unik dan kebutuhan sebuah profesi.
Syarat profesionalisme, yaitu :
a.
Dasar ilmu yang dimiliki kuat dalam bidangnya
b.
Penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praktis
c.
Pengembangan kemampuan profesional yang berkesinambungan
Hal-hal
yang menyebabkan rendahnya profesionalisme :
a.
Tidak menekuni profesi tersebut
b.
Belum adanya konsep yang jelas terhadap etika profesi IT
c.
Belum adanya organisasi yang menangani para profesional bidang
IT
KESIMPULAN :
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
profesionalisme kerja adalah sifat-sifat (kemampuan, kemahiran, cara
pelaksanaan sesuatu dan lain-lain) sebagaimana yang sewajarnya terdapat pada
atau dilakukan oleh seorang profesional. Manusia-manusia
profesional tidak dapat di golongkan sebagai kelompok “kapitalis” atau kelompok
“kaum buruh”. Juga tidak dapat dimasukkan sebagai kelompok “administrator” atau
“birokrat”. Manusia-manusia profesional merupakan suatu kelompok tersendiri,
yang bertugas memutarkan roda perusahaan, dengan suatu leadershipstatus.
Jelasnya mereka merupakan lapisan kepemimpinan dalam memutarkan roda perusahaan
itu. Kepemimpinan di segala tingkat, mulai dari atasan, melalui yang menengah
sampai ke bawah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar