Minggu, 23 Maret 2014

ETIKA PROFESI

v  KEBAIKAN, KEBIJAKAN, DAN KEBAHAGIAAN
A.   KEBAIKAN
1)    Tidak semua hal yang “dilakukan dengan baik” dapat dikatakan “perbuatan baik”.
2)    Manusia menentukan sendiri perbuatannya, dan menentukan sendiri jalan yang ditempuhnya untuk mencapai tujuan hidup. Tanpa tujuan hidup orang akan sembarangan menentukan perbuatan dan memilih jalan hidupnya. Tujuan hidup sebagai kontrol.
3)    Manusia hanya punya satu tujuan akhir hidup. Tujuan akhir hidup sbg tolok ukur kebaikan tertinggi dari perbuatan manusia. Perbuatan dinilai baik bila mengantarkannya pada kesempurnaan capaian tujuan akhir hidup,dgn melakukan perbuatan yang membuatnya baik sebagai manusia --> perbuatan yang susila.
4)    Kesusilaan
Adalah akal budi, hati nurani, dalam mengukur kebaikan atau keburukan perbuatan manusia. Penilaian secara :
·         Objektif;
·         Subjektif;
·         Batiniah (penilaian pribadi sendiri intrinsik);
·         Lahiriah (dinilai oleh aturan hukum positif).
Ø  Unsur yg menentukan kesusilaan :
1) Perbuatan itu sendiri; 2) Alasan motif; 3) Keadaan
Ø  Penggunaan Praktis :
1)    Perbuatan Jahat; 2) Perbuatan Baik; 3) Perbuatan Netral

B.   KEBAJIKAN
1)    Kebiasaan adalah kualitas keadaan kejiwaan yang tetap, mewujud sbg perbuatan yg berulang à akhlak.
2)    Dari sudut kesusilaan: kebiasaan baik dinamakan kebajikan (virtue); kebiasaan buruk dinamakan kejahatan (vice)
3)    Hanya makhluk manusia yang dapat berubah/mengatur kebiasaannya, karena akal
4)     Kebajikan budi menyempurnakan akal sbg alat yg baik untuk menerima pengetahuan.
5)    Kebajikan pokok adalah kebajikan susila yg terpenting, meliputi:
a.    Keputusan budi yang benar dalam memilih alat-alat yang tepat (akal) untuk mencapai tujuan yang bijaksana.
b.    Pengendalian keinginan yg cenderung mencari kepuasan badaniah
c.    Tidak menyingkir dari kesulitan (kuat)
d.    Memberikan hak kepada pemiliknya (adil)

C.   KEBAHAGIAAN
1)    Kebahagiaan Subjektif
a.    Manusia merasa kosong jika keinginan tidak terpenuhi.
b.    Kepuasan yang sadar jika keinginan yang mengandung kebaikan sudah tercapai. Kebahagian tercapai jika kebaikan sudah dimiliki dan ia mengisi kekurangan keinginan yang selalu kosong (tidak pernah puas).
c.    Faktanya, orang berbuat jahat juga upaya untuk mendapat kebahagiaan. Jadi apa yang bisa memberikan kebahagiaan?
d.    Apakah kebahagian sempurna dapat dicapai? Ya... Alasannya:
ü  Manusia punya keinginan untuk bahagia sempurna
ü  Keinginan tersebut merupakan kodrat manusia, dorongan alam rohaniah
ü  Keinginan tersebut berasal dari sesuatu yang transenden
ü  Sifat tersebut untuk mencapai kesempurnaan yang sesuai dengan harkat manusia
Manusia juga memiliki keinginan nafsu yang seringkali menutupi keinginan sanubarinya.

2)    Kebahagian Objektif
a.    Manusia berusaha bahagia sempurna. Apakah obyek yang dapat memberikan kebahagian sempurna? Terdapat beberapa aliran :
·         Hedonisme; kepuasan jasmani lebih utama dari rohani
·         Epikurisme; ketentraman jiwa, sebanyak mungkin menikmati, membatasi keinginan.
·         Utilitarisme: berguna bagi diri sendiri dan masyarakat  (Bentham); mengabdikan diri kepada kepentingan umum, kesadaran sebagai bagian dari masyrakat (Mill)
·         Stoisisme: melepaskan diri dari keinginan, merasa cukup dengan apa yang ada
·         Evolusionisme: mencapai tujuan akhir posisi tertinggi yang belum diketahui bentuknya

b.    Pandangan tentang Objek Kebahagian
Apakah objek itu lebih rendah, lebih tinggi?
ü  Apakah yg lebih rendah dari manusia, benda-benda yg tak dapat memenuhi kebutuhan manusia
ü  Kebutuhan hidup jasmani (keindahan, kesehatan, kekuatan, dll) sellau kurang tidak berujung
ü  Kebutuhan jiwa adalah pengetahuan untuk mencapai kebajikan, tapi bukan pengetahuan lebih sekedar alat bukan sbg tujuan
ü  Kepuasan Semua orang di sekitar kita? Kepuasan bermula dari kesukaan. Kesukaan semua orang tidak dapat dicapai, bersifat relatif, sering salah paham, kurang terimakasih.
ü  Pelaksanaan diri. Sebagai pemenuhan kumpulan kebutuhan di atas, tidak sempurna dan tidak tetap
ü  Kebahagian sempurna dicari pada sesuatu di luar manusia, pada sesuatu yang paling sempurna, diposisikan sebagai tujuan akhir hidup, à TUHAN.

v  PROFESIONALISME KERJA
A.   PENGERTIAN PROFESI
Secara spesifik Profesi dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu menurut kemampuannya (fisik dan intelektual), kelangsungan (sementara atau terus menerus), ruang lingkupnya (umum dan khusus), tujuannya (memperoleh pendapatan atau tidak memperoleh pendapatan).
Adapun pengertian profesi adalah pekerjaan tetap seseorang dalam bidang tertentu berdasarkan keahlian khusus yang dilakukan secara bertanggung jawab dengan tujuan memperoleh penghasilan.
Nilai moral suatu profesi menurut Frans Magnis Suseno, 1975 :
·         Berani berbuat untuk tuntutan Profesi
·         Menyadari kewajiban yang harus dipenuhi
·         Idealisme sebagai perwujudan makna misi organisasi profesi

B.    PENGERTIAN PROFESIONAL
Adapun pengertian profesional yaitu pekerja yang menjalankan profesi. Setiap profesional berpegang pada nilai moral yang mengarahkan dan mendasari nilai luhur. Dalam melakukan tugasnya profesional haruslah objektif, dengan kata lain bebas dari rasa malu, sentimen, benci, sikap malas, dan enggan bertindak.

Yang dimaksud kelompok profesional yaitu seuatu kelompok yang berkemahiran yang diperoleh melaui proses pendidikan dan pelatihan yang erkualitas dan berstandart tinggi yang dalam menerapkan semua keahlian dan kemahirannya yang tinggi itu hanya dapat dikontrol dan dinilai oleh rekan sesama profesi itu sendiri.
Seorang professional memiliki 3 watak, yaitu :
1.    Pekerjaan yang dilakukan seorang profesional itu semata mata untuk merealisasikan kebajikan demi tegaknya kehormatan profesi yang digeluti.
2.    Seorang profesional menjalankan pekerjaannya harus dilandasi oleh kemahiran teknis yang berkualitas tinggi.
3.    Kerja seorang profesional diukur dengan kualitas teknis dan kualitas moral dan harus menundukan diri pada sebuah kode etik yang dikembangkan dan disepakati.

C.   PENGERTIAN PROFESIONALISME
Profesionalisme adalah suatu paham yang mencitakan dilakukannya kegiatan-kegiatan kerja tertentu dalam masyarkat, berbekalkan keahlian yang tinggi dan berdasarkan rasa keterpanggilan serta ikrar untuk menerima panggilan tersebut.
Ada 4 perspektif dalam mengukur profesionalisme menurut Gilley dan Enggland :
1.    Pendekatan Berorientasi Filosofis
Pendekatan lambang profesional, pendekatan sikap Individu dan electic.
2.    Pendekatan Perkembangan Bertahap
Individu (dengan minat bersama) berkumpul, kemudian mengidentifikasian dan mengadopsi    ilmu, untuk membentuk organisasi profesi, dan membuat kesepakatan persyaratan profesi, serta menentukan kode etik untuk merevisi persyaratan.
3.    Pendekatan Berorientasi Karakteristik
Etika sebagai aturan langkah-langkah, pengetahuan yang terorganisasi, keahlian dan kopentensi khusus, tinggkat pendidikan minimal, setifikasi keahlian.
4.    Pendekatan Berorientasi Non-Tradisional
Mampu melihat dan merumuskan karakteristik unik dan kebutuhan sebuah profesi.
Syarat profesionalisme, yaitu :
a.    Dasar ilmu yang dimiliki kuat dalam bidangnya
b.    Penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praktis
c.    Pengembangan kemampuan profesional yang berkesinambungan

Hal-hal yang menyebabkan rendahnya profesionalisme :
a.    Tidak menekuni profesi tersebut
b.    Belum adanya konsep yang jelas terhadap etika profesi IT
c.    Belum adanya organisasi yang menangani para profesional bidang IT

KESIMPULAN :

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa profesionalisme kerja adalah sifat-sifat (kemampuan, kemahiran, cara pelaksanaan sesuatu dan lain-lain) sebagaimana yang sewajarnya terdapat pada atau dilakukan oleh seorang profesional. Manusia-manusia profesional tidak dapat di golongkan sebagai kelompok “kapitalis” atau kelompok “kaum buruh”. Juga tidak dapat dimasukkan sebagai kelompok “administrator” atau “birokrat”. Manusia-manusia profesional merupakan suatu kelompok tersendiri, yang bertugas memutarkan roda perusahaan, dengan suatu leadershipstatus. Jelasnya mereka merupakan lapisan kepemimpinan dalam memutarkan roda perusahaan itu. Kepemimpinan di segala tingkat, mulai dari atasan, melalui yang menengah sampai ke bawah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar